Suatu saat seorang ulama garda depan Bashrah mendapatkan seorang
pemuda meminta resep mujarab pelebur dosa pada seorang dokter. Dan,
dokter memerintahkannya untuk melakukan hal-hal berikut.
Ambillah
akar pohon kefakiran pada Allah berikut akar tawadhu yang tulus dan
ikhlas kepada Allah. Jadikan taubat sebagai campurannya, celupkan dalam
wadah rida atas semua takdir Allah. Aduklah dengan adukan qanaah
terhadap apa yang Allah berikan kepada kita. Masukkan dalam kuali
takwa. Tuangkan ke dalamnya air rasa malu lalu didihkanlah dengan api
cinta dan masukkan dalam adonan syukur serta keringkan dengan kipasan
harap lalu minumlah dengan sendok pujian (hamdalah).
Banyak
orang berlaku dosa dan durjana kepada Allah karena merasa cukup pada
kemampuan dirinya seakan tak lagi butuh pada siapa pun, termasuk pada
Sang Mahakaya. Dia beranggapan bahwa semua yang dia dapatkan adalah
berkat hasil dari kekuatan pikirannya, kemumpunian ilmunya, dan
kejernihan kalkulasinya. Inilah yang menimpa Qarun yang angkuh dengan
harta yang dimilikinya yang kemudian Allah turunkan azab padanya dengan
ditelannya dia oleh bumi yang tidak lagi suka pada kecongkakan yang dia
pamerkan sehingga membuat bumi gerah.
Sumber dosa lainnya adalah
ketidakridaan dengan apa yang Allah tetapkan pada dirinya. Bibirnya
belepotan keluhan, bahkan gugatan kepada Allah mengapa Dia tidak
memberikan yang "terbaik" menurut pandangan dan persepsinya.
Dia
menyangka bahwa apa yang dia alami saat ini tidaklah tepat bagi
dirinya. Lambat kembali kepada Allah adalah dosa kronis lainnya. Dosa
mengendap karena kita suka menunda taubat yang seharusnya dipercepat.
Padahal
Allah berfirman, "Tidakkah mereka mengetahui bahwasanya Allah menerima
taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?" (QS at-Taubah : 104).
Rasa
tidak puas dengan apa yang Allah karuniakan pada kita adalah penyakit
jiwa kronis lain yang melahirkan buruk sangka kepada Allah. Volume
syukur mengecil yang kemudian membuahkan ketamakan.
Ketakwaan
akan semakin sarat makna saat pendorongnya adalah mahabbah cinta pada
Allah dengan sepenuh jiwa yang tidak lagi berpikir untung rugi dalam
menjalankan perintah-Nya. Semangat cinta yang membakar hatinya akan
senantiasa menggerakkannya untuk senantiasa dekat merapat dan bergiat
untuk merengkuh rida kasih-Nya, mereguk cawan rahmat-Nya. Rasa cintanya
yang menggelegak pada Allah akan senantiasa membuat hidup lebih terasa
dengan langkah pasti menuju Sang Kekasih. Cawan cintanya senantiasa
tumpah ruah dengan air mata takwa, rida, qanaah, taubat, syukur,
tawakal, dan sabar.
Ramuan mujarab ini selain menghapuskan dosa
juga akan melonjakkan vitalitas keimanan dan akan meledakkan energi
keislaman yang akhirnya mengokohkan akar ihsan kita. Selamat mencicipi
ramuan mujarab pelebur dosa. Anda akan merasakan khasiatnya yang luar
biasa.
Naskah ini diterbitkan di Harian Republika dengan judul sama
Posted by pendekar tanpa bayaran | Posted on
Filed under:
hikmah
Don't miss a single post! Subscribe to my RSS feed
Posted by
pendekar tanpa bayaran |
Leave a Comment