Ayat tersebut di atas secara tegas memerintahkan kepada orang yang beriman bahwa di dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sosial kemasyarakatan, termasuk masalah politik, budaya, ekonomi, dan kepemimpinan, harus mengedepankan sinergi dan koordinasi (taawun). Karena, hanya dengan sinergilah permasalahan seberat dan sekompleks apa pun pasti dapat diselesaikan dengan baik. Sinergi inipun dapat memadukan berbagai macam potensi dan kekuatan, baik yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang, sehingga terjadi saling mengisi dan saling memperkuat. Ibarat sebuah bangunan yang mampu berdiri dengan tegak ketika terjadi sinergi dan saling menopang yang harmonis antarberbagai unsur yang terdapat di dalamnya. Bahkan, bukan sekadar berdiri tegak, keindahan bangunan tersebut pun akan tampak dengan jelas.
Rasulullah SAW memberikan suatu ilustrasi bahwa mukmin yang satu dengan mukmin yang lain ibarat satu bangunan yang saling memperkuat. Al-mukmin lil-mukmin kal bunyaan al-waahid yasyuddu ba'duhum ba'dhon (HR Muslim).
Pernyataan Rasulullah SAW ini sejalan dengan firman Allah SWT pada QS ash-Shaff [61]: 4. “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang berjuang di jalan-Nya dalam keadaan berbaris rapi seperti sebuah bangunan yang kokoh.“